Daftar Pusaka

Home » » Mengenal Keris Carito Buntala

Mengenal Keris Carito Buntala



keris carito buntala
Nusantara Bertuah, itulah kiranya kata yang cukup layak dikumandangkan mengingat banyaknya benda bertuah bertembaran di seantero Nusantara ini. Bali, pulau dengan sejuta pesona keindahan alamnya serta khzanah budayanya, juga memiliki pusaka bertuah. Keris adalah salah satu benda pusaka masyarakat Bali.  Salah satu keris ternama di bali adalah keris Carita Buntala, Carita dalam bahasa Jawa berarti ‘cerita’ sedangkan kata  Buntala berasal dari bahasa sansekerta yang berarti  ‘Bumi’. Keris Tangguh Bali (bentuk gaya Bali) Diperkirakan dibuat pada abad XVI.  Bilah keris ini dibuat dengan pamor teknik wosing wutah yang juga dikenal dengan istilah pamor Jwalana atau pamor tiban.
Keris dhapur Carita Buntala memiliki kelengkapan rerincikan; Kembang kacang/cunguh gajah, jenggot/janggar, sogokan, tikel alis/alis, pijetan/tigasan, lambe gajah/cedar, jalen/taji, sraweyan dan ri pandan/duin pandan. Pada keris Lombok juga terdapat dhapur keris yang bernama Carita Buntala namun kelengkapan rerincikannya agak berbeda, yaitu : Luk 15, greneng, ri pandan, jenggot, sogokan depan, sekar kacang, lambe gajah dan sraweyan.Pada bilah keris ini tampak pada bagian rerincikan janggar/jenggot/ bimokroda telah aus atau dimungkinkan sengaja dihilangkan/dirapikan. Pada bagian pangkal cunguh gajah/sekar kacang juga tampak bekas pahatan  ornamen tumbuhan bersulur (yang dapat diduga tinatah sinerasah emas) yang telah aus/hilang.
Keris Carita Buntala merupakan keris pusaka yang dipercaya untuk perlindungan  dan keselamatan diri, terutama untuk perlindungan dari segala gangguan mahluk halus dan ilmu hitam.
Bilah keris Carita Buntala ini dibuat dalam penguasaan teknik yang mengagumkan. Besinya tampak halus dan matang tempaan, tiap rerincikan dibuat dengan ceruk (lekukan dalam) tegas, dalam, dan bersih sehingga bilah keris tampak  gagah, rapi dan halus. Bilah keris semacam ini menunjukkan dibuat oleh seorang empu yang benar-benar telah mumpuni.
Bilah keris ini disamping dibuat dari bahan yang baik juga tergolong bilah keris yang terawat dengan baik sehingga kondisinya masih benar-benar utuh. Permukaan bilah keris yang halus dan mengkilat menunjukkan bilah keris seringkali difinising/dirawat dengan cara disangling (digosok dengan kayu/bambu/batu berserat/pori-pori halus).

Pamor: Wosing Wutah/Beras Wutah
Bilah keris ini dibuat dengan pamor teknik wosing wutah yang juga dikenal dengan istilah pamor Jwalana atau pamor tiban. Warna pamor pada bilah keris ini tampak kurang terang (kurang ndeling),  diduga karena pengaruh bahan pamor yang memang kurang terang dan juga di sebabkan karena  finising warangannya yang terlalu pekat (warangan sepuh/tua).

Bentuk Hulu : Dewa Ganesha
Hulu/danganan bentuk Dewa Ganesha tergolong jenis danganan yang paling populer di Bali dan termasuk jenis togogan ( bentuk figur manusia atau dewa-dewa). Hulu/danganan ini dibuat dari bahan kayu eben walad (Dios pyros Rumphii) yang berkualitas bagus. Seratnya yang padat serta warnanya yang hitam kelam tampak serasi dikombinasi dengan bahan emas, perak, dan  batu mulia. Hulu/danganan dilengkapi dengan selut dan wewer dari bahan yang sama.

Bentuk Warangka : Batu Poh
Warangka dibuat dengan bentuk batu poh (seperti biji mangga/poh). Warangka ini merupakan warangka standar/umum yang banyak dijumpai di Bali. Seluruh bagian warangka di finising sunggingan (sangging) dengan cerita Kalarau dengan penekanan bentuk tokoh Kalarau dan Naga Situbondo serta kombinasi ornamentik suwastika khas Bali.

Meskipun memiliki nama yang sama, keris Jawa dan keris Bali memiliki perbedaan. Bagi masyarakat Bali, keris memang dianggap sakral. Benda yang banyak memiliki lekukan di sisi pinggirnya itu dipandang sebagai benda pusaka dan senjata pamungkas di wilayah peperangan. Bahkan, keris melambangkan perlawanan terhadap roh jahat melalui perlindungan dewa-dewa.
Secara historis, keris Bali adalah bagian dari peninggalan kekuasaan Kerajaan Majapahit. Konon, pengaruh kebudayaan Majapahit sangat kuat sehingga alat peperangan seperti keris diadopsi pula oleh kerajaan-kerajaan di Pulau Dewata. Secara filosofis, keris Bali dipandang sebagai perlambang dari nilai ajaran kehidupan agama Hindu. Bahkan, mereka memiliki hari tertentu untuk bersembahyang saat akan merawat kesucian dari keris pusaka miliknya. Keris juga dipandang sebagai benda yang memiliki estetika di dalam kehidupan masyarakat di sana. Hingga kini keris malah masih dipandang sebagai perlambang kekuatan dan simbol kekuasaan.
Biasanya, penganut Hindu yang menyimpan keris pusaka Bali menentukan pembersihan berdasarkan perputaran bulan terhadap bumi. Sedangkan penentuan hari ritual pencucian disesuaikan dengan penanggalan kuno Hindu Bali. Perlakuan terhadap keris pun bersifat sakral. Maklum, keris dianggap memiliki kekuatan magis. Mereka percaya keris adalah manifestasi dari roh para leluhur. Biasanya, keris seperti itu disebut Keris Tayuhan, yang pembuatannya mementingkan tuah ketimbang keindahannya, pemilihan bahan besi, dan pembuatan pamornya. Keris semacam itu biasanya wingit, angker, memancarkan perbawa dan kadang menakutkan. Karena itu, sebagian masyarakat Bali rela bersusah payah untuk sekadar memperoleh keris yang bertuah.

sumber : http://infomistik.com/keris-carita-buntala-keris-pusaka-tangguh-bali-354.html

1 komentar:

  1. balikabel.co.id jasa penarikan kabel LAN, Kabel Listrik, Kabel CCTV dan kabel fiber optik. cepet sembuh dan tidak sakit

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.